Konsorsium Liga Primer Indonesia (LPI) tidak tanggung-tanggung dalam mempersiapkan kompetisi sepakbola yang lebih kompetitif, profesional dan berkualitas di Tanah Air. Bahkan sederetan bintang kelas dunia masuk dalam bidikan breakaway league tersebut.

Sejumlah nama besar yang disebut-sebut masuk radar LPI adalah Edgar Davids, Robbie Fowler, Diego Tristan, Rigobert Song, dan Nicky Butt. Selain lima pemain tersebut, masih ada beberapa nama lainnya yang belum dapat dikonfirmasi.

Menurut keterangan yang dihimpun GOAL.com, sejumlahmarquee player atau pemain kelas dunia dengan gaji di atas rata-rata saat ini masih dalam proses negosiasi akhir dengan pihak konsorsium, atau menunggu persetujuan dari Arifin Panigoro selaku penggagas LPI.

"Meski belum dapat dipastikan akan bermain di tim mana, Robbie Fowler, Edgar Davids, dan Nicky Butt akan menjadi tiga di antara puluhan pemain bintang lain yang akan merumput di kompetisi LPI," kata Avian Tumengkol, kepala eksekutif (CEO) salah satu tim peserta LPI yang bermarkas di Medan.

Avian menambahkan, status Butt saat ini 90 persen akan bergabung ke salah satu tim LPI, sedangkan Fowler harus berunding dengan istrinya terlebih dulu. Mantan pemain Liverpool itu kini berdomisili di Australia dan masih terikat kontrak dengan Perth Glory, tapi sudah bersedia pindah ke Indonesia. Sedangkan Butt pekan lalu meneken kontrak dengan South China, salah satu klub Liga Utama Hong Kong. Namun dengan penawaran yang lebih menggiurkan dari LPI, bukan tidak mungkin eks bintang Manchester United itu mendarat di Indonesia.

"Kawan-kawan berharap proses akhir ini lancar karena kualitas wasit, pelatih dan pemain kelas dunia merupakan bentuk komitmen LPI untuk menghadirkan kompetisi yang berkualitas pula," lanjut CEO Medan FC itu.


Iain Dowie
Iain Dowie
Hatfield, Inggris
9 Januari 1965

Pemain: Cheshunt (1983–1985), St Albans City (1985–1987), Hendon (1987–1988), Luton Town (1988–1991),  Fulham (pinjaman 1989), West Ham United (1991), Southampton (1991–1995), Crystal Palace (1995), West Ham United (1995–1998), Queens Park Rangers (1998–2001)

Timnas: Irlandia Utara (1990-2000) - 59 caps, 12 gol
Pelatih: Oldham Athletic (2002–2003), Crystal Palace (2003–2006), Charlton Athletic (2006), Coventry City (2007–2008), Queens Park Rangers (2008), Hull City (2010)
Robbie Fowler
Robbie Fowler
Liverpool, Inggris
9 April 1975
Striker

Klub: Liverpool (1993–2001, 2006–2007), Leeds United (2001–2003), Manchester City (2003–2006), Cardiff City (2007–2008), Blackburn Rovers (2008), North Queensland Fury (2009–2010), Perth Glory (2010-)

Timnas: Inggris (1996–2002) - 26 caps, 7 gol
Nicky Butt
Nicky Butt
Manchester, Inggris
21 Januari 1975
Gelandang Bertahan

Klub: Manchester United (1992–2004), Newcastle United (2004–2010), Birmingham City (pinjaman 2005–2006), South China (2010–)

Timnas: Inggris (1997-2004) - 39 caps
Rigobert Song
Rigobert Song
Nkenglicock, Kamerun
1 Juli 1976
Bek

Klub: Tonnerre (1993), Metz (1994–1997), Salernitana (1997–1998), Liverpool (1998–2000), West Ham United (2000–2002), FC Köln (pinjaman 2001–2002), Lens (2002–2004), Galatasaray (2004–2008), Trabzonspor (2008–2010)

Timnas: Kamerun (1993-2010) - 137 caps, 4 gol
Diego Tristan
Diego Tristán
La Algaba, Spanyol
5 Januari 1976
Striker

Klub: Betis B (1995–1998), Mallorca B (1998–1999), Mallorca (1999–2000, 2006–2007), Deportivo La Coruña (2000–2006), Livorno (2007–2008), West Ham (2008–2009), Cádiz (2009–2010)

Timnas: Spanyol (2001-2003) - 15 caps, 4 gol
Edgar Davids
Edgar Davids
Paramaribo, Suriname
13 Maret 1973
Gelandang Bertahan

Klub: Ajax (1992–1996, 2007–2008), AC Milan (1996–1997), Juventus (1997–2004), Barcelona (pinjaman 2004), Inter Milan (2004–2005), Tottenham Hotspur (2005–2007), Crystal Palace (2010)

Timnas: Belanda (1994-2005) - 74 caps, 6 gol


Secara khusus, Avian berharap timnya dapat diperkuat striker kelas dunia seperti Tristan, eks bintang Deportivo La Coruña yang pernah meraih 15 caps bersama timnas Spanyol.

Keberadaan marquee player sendiri bukan tanggungjawab klub, melainkan di bawah wewenang konsorsium yang menentukan para pemain dimasukkan ke klub mana. Nilai kontrak dan gaji mereka bakal langsung dibayar pihak konsorsium, sehingga pihak klub sama sekali tidak perlu menanggung biaya marquee player.

Sementara ini dapat dipastikan, Medan FC bakal ditangani Iain Dowie, mantan pemain Southampton yang pernah melatih beberapa klub Inggris seperti Queens Park Rangers, Crystal Palace, dan Hull City.

Selain Dowie, Avian sudah merekrut Andhika Sarwendha Suksmana, presiden Big Reds yaitu fans club Liverpool di Indonesia. Avian sengaja mendatangkan Andhika ke Medan untuk menempati posisi direktur bidang teknis dan komersial.

 
 
Ronny Pasla kiper Indonesia (PSSI) legendaris kelahiran Medan, 15 April 1947. Dia berkiprah sebagai kiper tim nasional Indonesia tahun 1966 sampai 1985. Peraih Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972) dan Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974), itu memulai karir sepak bolanya dari Medan.
Kiper

Sebenarnya, Ronny lebih awal meminati olahraga tennis sampai sempat meraih juara pada Kejuaraan Tenis Nasional Tingkat Junior di Malang, 1967. Namun ayahnya, Felix Pasla menyarankannya ke sepakbola. Jadilah dia andalan di klub Dinamo, Medan, Bintang Utara, Medan dan PSMS Medan. Kemudian hijrah ke Persija Jakarta dan Indonesia Muda, Jakarta. Selama berkiprah di PSMS, Ronny dan rakan-rekannya meraih prestasi sebagai Juara Piala Suratin (1967) dan Juara Nasional (1967).

Kiprahnya sebagai penjaga gawang andalan Tim Nasional Indonesia (PSSI) juga meraih prestasi sebagai Juara Piala Agakhan di Bangladesh (1967), Juara Merdeka Games (1967), Peringkat III Saigon Cup (1970) dan Juara Pesta Sukan Singapura (1972).

Atas prestasinya yang gemilang sebagai kipper PSMS, Ronny berdarah Manado yang dijuluki Macan Tutul bertinggi badan 183 cm itu mendapat penghargaan sebagai Warga Utama Kota Medan (1967). Kiprahnya di sepakbola dan Timnas PSSI sebagai kiper andalan sejak 1966 hingga pensiun 1985 dalam usia 38 tahun dianugerahi Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972), Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974).

Selama karir sebagai kiper tentu banyak pengalaman Ronny yang amat berkesan. Salah satu di antaranya, tatkala Timnas Brazil yang diperkuat pesepak bola legendaris Pele, tur ke Asia termasuk Indonesia pada 1972. Dalam laga Timnas Indonesia dan Brazil itu Ronny berhasil menahan eksekusi penalti Pele, kendati Indonesia akhirnya kalah 1-2.

Setelah pensiun dari dunia sepak bola pada usia 40 tahun di Indonesia Muda (IM), Jakarta, Ronny lebih banyak menggumuli olahraga tennis lapangan sebagai pelatih. Bahkan dia memiliki sekolah tenis lapangan bernama Velodrom Tennis School di Jakarta.

Setelah Ricardo Kaka, Cristiano Ronaldo menyusul rekannya di Real Madrid ke Liga Super Indonesia. Klub yang menjadi tempatnya berlabuh adalah Persib bandung. Mengenai harga kontraknya, seperti Kaka, masih dirahasiakan.
Cristiano Ronaldo sedang beraksi
Sebelumnya kaka telah melakukan aksi impresifnya di Stadion Siliwangi.
Kaka Sebelumnya telah bergabung denngan Persib bandung
semoga kali ini aku tidak bangun lagi dari mimpiku………….

Biografi Christian Gonzales, Pemain Naturalisasi Pertama Di Timnas Indonesia

christian-gonzales-persik
Biografi biodata profile Christian Gonzales, Pemain Naturalisasi Pertama Di Timnas Indonesia - Christian Gérard Alvaro González lahir di Montevideo, Uruguay, 34 tahun silam. Ia adalah pesepakbola berdarah asing pertama yang bermain di tim nasional Indonesia melalui proses naturalisasi.
Christian Gonzales memulai karirnya di Indonesia pada tahun 2003 silam. Klub labuhan pertamanya di Indonesia adalah PSM Makassar. Di klub tersebut, Gonzales menunjukkan ketajamannya dengan mencetak 27 gol selama satu musim, sekaligus mengantar klub tersebut menjadi runner up (juara 2)  ISL. Namun di musim berikutnya, Christian dikenai sangsi larangan bermain selama semusim dan denda Rp. 20 juta oleh PSSI, karena memukul seorang offisial dari tim Persita Tangerang.
Setelah bebas dari skorsing, Christian memperkuat tim Persik Kediri pada tahun 2005. Selama 4 tahun membela klub tersebut, ia mencetak total 100 gol dari 102 pertandingan dan menjadi top skorer Liga Indonesia selama dua musim berturut-turut (2005 dan 2006). Pada tahun 2006, Christian Gonzales dinobatkan sebagai pemain termahal Indonesia  dengan gaji mencapai Rp 1,2 miliar per tahun.
Ketajaman Christian Gonzales berbanding lurus dengan keberingasannya. Di tahun 2008, ia kembali diskors oleh PSSI karena tindakan tidak sportif. Pada tahun yang sama pula, pemain yang mendapat julukan El Loco (Si Gila) ini mengalami konflik dengan manajemen Persik. Pasalnya krisis finansial yang dialami Persik membuat manajemen harus melakukan rasionalisasi gaji. El Loco tidak menyetujui keputusan tersebut.
Pada awal tahun 2009, ia hengkang ke Persib dengan status pinjaman, remisi (penangguhan) yang diberikan ketua PSSI Nurdin Halid membuatnya mampu bermain kembali di Liga Indonesia. Gajinya di klub asal Bandung tersebut mencapai 60 juta rupiah per bulan. Kembali El Loco mengganas. Ia mampu mencetak 14 gol dari 16 pertandingan di paruh musim tersebut, dan berhasil masuk ke jajaran top skorer Liga Indonesia musim 2009, hanya kalah dari Boas Salossa dengan torehan 28 gol.
Setelah musim 2008 berakhir, Persib mengontrak El Loco sebagai pemain tetap, karena ia berstatus bebas-kontrak setelah kontraknya di Persik Kediri habis.
Disamping ketajamannya sebagai penyerang, Christian Gonzalez dikenal dengan sikapnya yang tempramental. Sejak pertama kali merumput di Indonesia tahun 2003, dia sudah mendapat hukuman dari Komisi Disiplin PSSI sebanyak lima kali karena perilaku kekerasan terhadap lawan dan pelecehan terhadap wasit. Akan tetapi hukumannya hampir tidak pernah dilaksanakan secara efektif karena ketua umum PSSI Nurdin Halid yang terkesan melindunginya. Bahkan untuk kasusnya yang ke-5, Badan Liga Indonesia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa ketika hukuman larangan bermain yang seharusnya 12 bulan dibatalkan oleh Nurdin Halid ketika hukuman baru berjalan 3 bulan. Hal ini dipertanyakan beberapa pihak, termasuk PSMS Medan yang menyatakan bahwa PSSI telah menghilangkan unsur pembelajaran dan Nurdin Halid sangat pilih kasih dalam memberi ampunan.
Berikut daftar ‘kasus’ yang pernah dibuat oleh El Loco selama merumput di Indonesia:
  • Pada putaran kedua Liga Indonesia 2004, Christian Gonzalez memukul pengurus Persita Tangerang di Stadion Benteng. Dia dihukum setahun oleh Komdis PSSI, namun bisa merumput kembali ketika hukuman baru berjalan 6 bulan.
  • Pada putaran final Liga Indonesia 2006, Christian Gonzalez menanduk penyerang PSIS Semarang, Emanuel de Porras. Dia dihukum sebanyak tiga pertandingan untuk itu, namun tidak pernah dijalankannya.
  • Pada tahun 2007, dia meludahi wasit Hidayat ketika Persik Kediri dijamu Pelita Jaya. Dia dihukum sebanyak tiga pertandingan untuk itu, namun tidak pernah dijalankannya.
  • Di babak delapan besar Liga Indonesia 2007, dia berkelahi dengan bek Persija Jakarta, Abanda Herman. Namun lagi-lagi hukuman tiga pertandingan yang didapatkannya tidak pernah dilaksanakan.
  • Pada bulan November 2008, Komdis PSSI menjatuhkan hukuman larangan bermain 1 tahun kepadanya karena memukul bek PSMS Medan, Erwinsyah Hasibuan. Dia mengajukkan banding ke Komisi Banding PSSI, namun bandingnya ditolak, dan Komisi Banding ikut menguatkan sanksi yang diberikan oleh Komisi Disiplin. Akan tetapi pada Februari 2009 dia dinyatakan boleh bermain untuk Persib Bandung setelah Ketua Umum PSSI Nurdin Halid memberikannya pengampunan.
Meskipun berperilaku beringas di lapangan, Gonzales amat mencintai Indonesia. Ia menikah dengan wanita berdarah Batak, Eva Nurida Siregar, dan memiliki 2 orang anak dari pernikahan tersebut. Christian juga memiliki 2 orang anak dari perkawinannya sebelumnya. Gonzales adalah seorang muslim. Ia menjadi mualaf setelah menikah dengan Eva Siregar yang beragama Islam.
Rasa cinta Gonzales tidak hanya demikian. Ketika ayahnya jatuh sakit dan meninggal beberapa waktu lalu pun dirinya tidak kembali ke Uruguay untuk menjenguk sang ayah. Sejak lama Gonzales sudah meminta agar kewarganegaraannya diubah, ia sangat ingin membela timnas Indonesia. Pada tanggal 1 November 2010, impiannya terkabul. Christian Gonzales resmi menjadi Warga Negara Indonesia dan pada tanggal 21 november ia melakukan debut perdananya bersama timnas sepakbola Indonesia. Kini ia termasuk satu dari 22 pemain yang dipanggil pelatih Alfred Riedl untuk membela timnas Indonesia di ajang AFF Cup.
Gol pertama El Loco di ajang resmi adalah ketika Indonesia melibas Malaysia pada ajang piala AFF 4 Desember silam. Pada pertandingan-pertandingan berikutnya, ia kerap menciptakan peluang bagi Indonesia. El Loco mengaku bahagia mengenakan jersey Merah-Putih. Ia ingin bermain membela Indonesia sampai umur 40 tahun.
Kita lihat apakah ketajaman Gonzales dapat menjadi ‘paruh’ Garuda Merah Putih untuk kembali disegani di kancah internasional. Salut El Loco! :D
Profil singkat Christian Gonzales:
Nama lengkap : Christian Gérard Alvaro González
Nama beken : El Loco (“Si Gila”)
Tempat / Tanggal lahir : Montevideo, Uruguay / 30 Agustus 1976 (umur 33)
Tinggi :185 cm
Posisi bermain : Striker
Karir klub:
Sud America  (1995-1997)
Huracan Ctes (1997)
Sud America (1998-2000)
Deportivo Maldonado (2000-2003)
PSM Makassar  (2003-2004)
Persik Kediri (2005-2009)
Persib Bandung (2009 / Pinjaman)
Persib Bandung (2009-sekarang)
Timnas:
Indonesia : (6/3)
Prestasi :
Klub
  • Juara Liga Indonesia 2006-2007
Individu
  • Pencetak Gol Terbanyak Liga Indonesia 2003-2004 dengan 27 gol
  • Pencetak Gol Terbanyak Liga Indonesia 2005-2006 dengan 30 gol
  • Pencetak Gol Terbanyak Liga Indonesia 2006-2007 dengan 32 gol
  • Pencetak Gol Terbanyak Liga Indonesia 2007-2008 dengan 26 gol
  • Pencetak Gol Terbanyak Indonesia Super League 2008-2009 dengan 28 gol
  • Pencetak Gol Terbanyak Kedua Indonesia Super League 2009-2010 dengan 18 gol
  • Pencetak Gol Terbanyak Kedua Piala Indonesia 2005-2006 dengan 10 gol
  • Pencetak Gol Terbanyak Kedua Piala Indonesia 2006-2007 dengan 8 gol
  • Pencetak Gol Terbanyak Kedua Piala Indonesia 2007-2008 dengan 5 gol
  • Pencetak Gol Terbanyak Kedua Piala Indonesia 2008-2009 dengan 7 gol
  • Pencetak Gol Terbanyak Piala Indonesia 2009-2010 dengan 10 gol

Markus-Haris

Biografi profile biodata Markus Haris Maulana, Kiper Timnas Indonesia

Markus Haris Maulana terlahir dengan nama Markus Horison di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara, 29 tahun silam. Kini ia dikenal sebagai kiper andalan tim nasional Indonesia.
Markus memulai karir persepakbolaannya dengan mengikuti diklat (pendidikan – latihan) di Pusat Pendidikan & Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Sumatera Selatan pada tahun 1998 lalu. Selama 2 tahun menempa ilmu bermain bola disana, akhirnya pada tahun 2000 Markus memilih PSL Langkat sebagai klub sepakbola pertamanya.
Namun bakat Markus baru terbaca ketika dirinya memperkuat PSKB Binjai pada tahun 2002. Seorang pemandu bakat dari klub elit PSMS Medan kepincut dengan bakat Markus menghalau bola. Akhirnya pada tahun 2003, Markus resmi membela tim berjulukan Ayam Kinantan tersebut.
Di PSMS, nama Markus bersinar dengan gemilang. Sejumlah prestasi dicatatnya selama membela tim berkostum biru tersebut. Di antaranya menjadi pemain terbaik turnamen Bang Yos pada tahun 2006 silam. Prestasi tersebut membuat Markus dipanggil untuk membela tim nasional Indonesia. Debut Markus bersama Merah-Putih adalah ketika menghadapi Korea Selatan di ajang Piala Asia 2007. Meskipun saat itu Indonesia kalah 1-0, penampilan Markus menuai banyak pujian.
Setelah penampilan tersebut, Markus memutuskan untuk hijrah dari klub yang telah membesarkan namanya. Pada tahun 2008, Markus pindah ke Persik Kediri setelah diiming-imingi bayaran dalam jumlah besar. Persik yang kala itu tengah gemilang di kancah ISL juga memborong 4 pemain PSMS lainnya untuk ‘menemani’ Markus, yakni Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Usep Munandar dan Legimin Raharjo. Namun sayangnya, klub tersebut mengalami masalah finansial yang cukup berat. Sehingga hanya setengah musim disana, Markus ‘dipulangkan’ kembali ke PSMS.
Pada akhir musim 2008, sejumlah klub besar ISL berminat memakai jasa Markus untuk menjadi pertahanan terakhir. Di antaranya Persija dan Arema. Pendekatan Persija yang terlalu berlarut-larut membuat Markus lebih memilih Arema sebagai labuhan berikutnya.
Hanya semusim lamanya Markus membela Arema. Pada awal tahun 2010, pria yang selalu tampil plontos ini memutuskan untuk pindah ke Persib Bandung. Alasan Markus membela berjulukan Maung Bandung itu adalah disana ia dapat bereuni dengan rekan-rekannya sesama pemain timnas, yakni Nova Arianto, Eka Ramdani, Hariono dan Maman Abdurahman.
Markus dikenal sebagai kiper yang tangguh menghalau bola-bola udara. Ditunjang tinggi badan 184 cm, ia menjadi tumpuan terakhir bagi barisan pertahanan timnya. Markus juga dikenal memiliki reflek dan kecepatan yang matang. Ia juga kiper yang sedikit eksentrik, kerap maju ke depan untuk menghalau bola. Penampilannya tersebut mengingatkan penikmat bola pada mantan kiper timnas Prancis, Fabian Barthez. Terlebih, keduanya sama-sama berkepala gundul.
Pada tahun 2009, Markus menjadi pemain Indonesia pertama yang masuk nominasi pemain terbaik Asia bersama 15 pemain dari negara lainnya.
Belakangan, Markus mengubah namanya menjadi Markus Haris Maulana. Ya, perubahan tersebut bukanlah tanpa arti. Sejak tahun 2004 lalu, Markus resmi memeluk agama Islam. Markus memang dibesarkan oleh keluarga yang seluruhnya memeluk agama Nasrani. Namun ketertarikannya pada agama Islam tak dapat terbendung. Terlebih sang ibu, Yenny Rosmawati, dulunya juga pemeluk agama tersebut. Akhirnya setelah lama belajar dari keluarga pihak ibunya dan mendapatkan hidayah dari Allah SWT, Markus Horison mengucapkan dua kalimat syahadat pada tahun 2004 dan mengganti namanya menjadi lebih berbau Islami, Markus Haris Maulana.
Pada awalnya, hal ini mendapat tentangan dari ayah dan ketiga kakaknya. Namun Markus tak gentar, keputusannya sudah bulat. Sebagai satu-satunya muslim di keluarga, Markus terbiasa beribadah sendirian. Di kala bulan Ramadhan tiba, Markus biasa sahur, berbuka, menjalankan tarawih, dan merayakan lebaran Idul Fitri dan Idul Adha sendirian. Ia tidak keberatan dengan hal tersebut. Hingga akhirnya keluarganya mampu menerima kepercayaan barunya tersebut.
Kini, Markus termasuk satu dari 22 pemain yang membela Indonesia di ajang Piala AFF 2010. Hingga saat ini, ia sudah menunjukkan kemampuannya dengan hanya kebobolan 2 kali dari 3 pertandingan.
Markus Haris Maulana juga salah satu pemain sepakbola dalam negeri yang mendapat sorotan media selain Irfan Bachdim. Pasalnya, ia baru saja melangsungkan pernikahan dengan artis sinetron Kiki Amalia. Markus pun menempatkan dirinya ke jajaran atlit sepakbola yang memiliki pasangan seorang selebriti.
Kita harapkan Markus dapat tetap konsisten dalam penampilannya membela timnas Indonesia, sebagaimana ia diharapkan dapat membangun rumah tangga yang sakinah, mawadah dan wa’rohmah dengan sang istri, Kiki Amalia. Amin! ;)
Profil singkat Markus Haris Maulana:
Nama lengkap : Markus Horison Ririhina (Markus Haris Maulana)
Kelahiran : Pangkalan Brandan, Binjai / 14 Maret 1981
Tinggi : 186 cm
Posisi : kiper
Karir klub:
PSBL Langkat (2000-01)
PS Batam (2001-02),
PSKB Binjai (2002-03)
PSMS Medan (2003-2008)
Persik Kediri (2008)
PSMS Medan (2009)
Arema Malang (2009-2010)
Persib Bandung (2010-sekarang)
Timnas :
Indonesia (27)
Prestasi:
Juara Piala Emas Bang Yos 2004, 2005, 2006 (PSMS Medan)
Pemain Terbaik Piala Emas Bang Yos 2006 (PSMS Medan)
Nominasi pemain terbaik Asia (2009)

Biografi Kim Jeffry Kurniawan

Biografi Biodata profile Kim Jeffrey Kurniawan, Calon Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia

Kim Jeffrey Kurniawan dilahirkan di Muhlacker, sebuah kota kecil di Jerman, 20 tahun silam. Namanya mulai banyak diperbincangkan setelah PSSI memulai rencana program naturalisasi. Kim merupakan putra dari pasangan Uschi Kurniawan dan Petrus Kurniawan. Ibu Kim berkebangsaan Jerman, sementara ayahnya merupakan blasteran Bandung-Kudus. Kim memiliki seorang kakak perempuan yang mungkin sudah tidak asing lagi namanya di Indonesia saat ini, yakni Jennifer Jasmine Kurniawan, kekasih dari Irfan Bachdim.
Kim menimba ilmu sepakbolanya sejak usia dini, yakni 5 tahun di klub Karlsruher SC, sebuah klub junior yang cukup elit di Jerman.Ia membela klub tersebut cukup lama, hingga beranjak remaja. Bahkan dua tahun terakhir tingkat remaja, ia bermain di level remaja Bundesliga, melawan tim remaja lainnya seperti Bayern Munich, VFB Stuttgart, Mainz 05, Eintracht Frankfurt, 1899 Hoffenheim, SC Freiburg, dan lain-lain.
Karir Kim di Bundesliga Jerman nampaknya akan bersinar terang, kalau saja ia tidak didera cedera parah. Pada saat remaja, Kim mengalami  cedera parah. Tulang rawannya sobek sehingga diperlukan operasi besar. untuk memulihkannya, Kia terpaksa istirahat selama enam bulan tanpa sepakbola.
Akhirnya setelah masa-masa berat itu, Kim berlabuh ke sebuah klub yang berkompetisi di Verbandsliga Nordbaden Jerman (satu level di bawah divisi 3 Bundesliga). Tidak seperti Bachdim yang memegang paspor Indonesia sejak usia 17 tahun, Kim memilih untuk memegang paspor Jerman. Hal ini dapat dimaklumi karena nama negara ‘Indonesia’ di Jerman tidak selazim di Belanda.
Namun, setelah mengetahui animo sepakbola Indonesia, Kim akhirnya tertarik dan memutuskan untuk pindah kewarganegaraan. Hal inilah yang menghambat langkah Kim untuk masuk ke tim nasional Indonesia, karena birokrasi perpindahan kewarganegaraan di Indonesia cukup berliku dan sulit. Kim pun harus rela melepas kewarganegaraan lamanya dan pindah permanen ke Indonesia.
Namun hal tersebut tidak menjadi masalah bagi pemain bertinggi badan 167 cm ini. Keinginannya untuk membela tim nasional Indonesia semakin membara ketika mengetahui bahwa kakeknya, Kwee Hong Sing, adalah mantan pemain andalan tim nasional Indonesia pada era 50 an.
kim-irfan
Kim bersama Irfan dalam laga amal, Juli lalu
Kim pernah bahu membahu bersama Irfan Bachdim dalam laga amal antar pemain keturunan pada pertengahan tahun ini. Dirinya pun hampir saja memperkuat klub Persema Malang bersama Bachdim, namun batal karena terbentur masalah kewarganegaraan. Kim pun menderita cedera pada saat berlatih bersama Persema. Cedera tersebut cukup parah sehingga membuatnya harus kembali ke Jerman dan mendapatkan perawatan.
Namun impian Kim agaknya akan menjadi kenyataan juga. Proses untuk menjadikan dirinya sebagai WNI sudah disetujui Menkum dan HAM, dan paspor Indonesia yang diidam-idamkannya akan dapat segera rampung dalam waktu dekat. Persema Malang pun sudah menyatakan siap menampung Kim untuk berlaga di Indonesia Super League pada musim 2011 mendatang.
Pada awalnya, kedua orang tua Kim keberatan dengan niat putranya, namun setelah diyakinkan dengan tekad Kim untuk membela Indonesia, mereka luluh juga. Terlebih sebagian besar keluarga ayah Kim masih menetap di Indonesia dan ada kemungkinan besar kakaknya, Jeniffer akan ikut menetap di Indonesia. Maka lengkaplah sudah penyokong bagi Kim untuk pindah ke Indonesia.
Kim adalah seorang playmaker yang memiliki visi luas. Seperti Irfan, ia memiliki kelebihan pada pergerakan tanpa bola dan mengatur tempo permainan. Ia juga dapat bermain sebagai bek sayap. Postur tubuhnya tak jauh beda dengan pemain Argentina kebanggaan  Barcelona, Lionel Messi.
Kita nantikan bersama, apakah Kim dapat tampil prima dan menarik perhatian Alfred Riedl dan memanggilnya membela timnas Indonesia. :)
Profil singkat Kim Jeffrey:
Nama lengkap : Kim Jeffrey Kurniawan
Tempat / Tanggal lahir : Mühlacker, Stuttgart / 23 Maret 1990
Tinggi Badan: 167 cm
Berat Badan: 60 kg
Orang tua : Uschi Kurniawan (Ibu) / Petrus Kurniawan (Ayah)
Saudara : Jennifer Jasmine Kurniawan (kakak)
Karir :
Klub
Karlsruher SC
Heidelsheim FC
Persema Malang (?)

Biografi Sang Kapten,Fiman Utina

Firman-utina2

Biografi biodata profile Firman Utina, Kapten Timnas Indonesia

Firman Utina dilahirkan di kampung Komo Luar, Manado 28 tahun silam. Ia adalah kapten baru tim nasional Indonesia setelah Bambang Pamungkas sering dibangku cadangkan oleh pelatih Alfred Riedl.
Firman Utina memulai karir sepakbolanya di klub Indonesia Muda yang berada di daerah asalnya Manado. Selama beberapa tahun ia ditempa di sekolah sepakbola itu, ia kemudian hijrah ke klub amatir Bina Taruna, setelah usianya melewati batas yang dibolehkan di sekolah sepakbola. Keuletannya untuk terus rajin berlatih membuat dia mampu terus memperbaiki penampilannya. Hanya tiga tahun bersama klub amatir tersebut, ia direkrut Persma Junior, salah satu tim semi-profesional yang ada di daerahnya saat itu.
Proses masuk ke Persma Junior terbilang unik. Hal itu karena ia tidak melalui mekanisme seleksi layaknya pemain lain. Sebab ia direkrut setelah mampu mencetak 12 gol dalam satu pertandingan pada turnamen klub lokal di Manado. Torehan gol yang mencengangkan itu sampai ke kuping pelatih Persma Manado saat itu, Benny Dollo. Penasaran dengan sukses salah satu striker lokal yang mampu mencetak gol selusin dalam satu laga, pelatih yang akrab di sapa Bendol tersebut langsung memerintahkan anggotanya menjemput Firman, dan mengajaknya masuk Persma. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tak ragu, ia langsung menerima pinangan untuk bergabung ke Persma.
Terus ditempa dibawah pelatih Benny Dollo, ia pun menunjukan progres meningkat. Hal tersebut membuat pelatih berjulukan Bendol tersebut tidak ragu  mengikutkannya di mana pun ia menjadi arsitek tim, sehingga membuat banyak orang menyebut Firman adalah “anak emas” pelatih timnas Indonesia itu. Meskipun Firman tidak merasa demikian, namun hal ini sepertinya ada benarnya. Bahkan ketika Benny Dollo melatih tim nasional Indonesia, Firman selalu dipanggil menjadi pemain inti. Namun untungnya hal tersebut tidak membuat pemain bertinggi badan 165 cm ini besar kepala. Firman hanya mengakui ada simbiosis tersendiri yang saling melengkapi antara dirinya dan Bendol.
Tekadnya untuk terus menekuni karir bermain sepakbola rupanya tidak perlu diragukan. Itu bisa dilihat dengan keputusannya meninggalkan status pegawai negeri sipil (PNS) Kabupaten Tangerang saat merumput bersama Pendekar Cisadane, dan memutuskan hengkang ke Arema Malang, mengikuti jejak pelatih Benny Dollo.
Pilihannya meninggalkan Persita Tangerang dan merapat ke Arema Malang serta menanggalkan status PNS rupanya tidak sia-sia. Sebab di klub kebanggaan Aremania itu ia merasakan manisnya mencicipi gelar juara, meski itu hanya turnamen Copa Indonesia (tahun 2005 dan 2006). Tidak hanya juara tentunya, ia pun mampu menyabet gelar pemain terbaik di ajang tersebut. Satu penghargaan yang membuat motivasinya untuk terus memperbaiki penampilan. Meski beberapa kali di dera cedera dan mengharuskannya untuk istirahat dari lapangan hijau, penampilannya masih tetap stabil. Tahun 2007 menjadi tahun keemasan Firman. Ia terpilih menjadi pemain terbaik Indonesia pada laga melawan Bahrain di ajang Piala Asia 2007.
Setelah pelatih Beny Dollo memutuskan untuk mundur dari kursi pelatih Persita Tangerang, ia pun diprediksi bakal meninggalkan klub tersebut dan kembali mengikut jejak pelatih yang telah menjadikannya sebagai pemain terkenal itu. Akhirnya karena Bendol direkrut timnas, ia pun banting setir dan merapat ke Pelita Jaya, menolak tawaran sejumlah tim papan yang atas mengincarnya.
Meski pernah mengecewakan manajemen Persita Tangerang, tapi dia tetap diterima ketika kembali merapat ke tim tersebut pada awal musim kompetisi 2007 silam. Padahal pada musim 2004, pemain yang memulai debutnya di tim “Merah Putih” sejak 2000 bersama timnas pelajar, pernah memilih menanggalkan statusnya sebagai PNS dan meninggalkan Pendekar Cisadane. Namun hanya semusim Firman kembali merumput bersama Persita, pada tahun 2008, Firman bergabung dengan klub Pelita Jaya yang telah lama dihubungkan dengannya. Namun di klub tersebut, Firman kurang beruntung. Ia kerap menghuni bangku cadangan karena kalah bersaing dengan playmaker asing Esteban Viscara.
Akhirnya di akhir tahun 2009, Pelita Jaya melepasnya ke Persija Jakarta, yang ketika itu diarsiteki oleh pelatih Benny Dollo. Keduanya pun bereuni kembali. Namun ternyata klub sebesar Persija pun tak menjadi labuhan terakhir Firman. Hanya satu musim dirinya merumput dengan kostum oranye-hitam. Pada musim 2010, Firman bergabung dengan klub elit lainnya dari Sumatera, Sriwijaya FC.
Kini Firman menjadi tumpuan baik di tingkat klub maupun nasional. Pemain yang berposisi sebagai gelandang ini terkenal memiliki mobilitas tinggi, daya jelajah luas, kecepatan dan tendangan yang akurat. Pada saat melawan Laos di ajang AFF 2010, Firman menunjukkan ketajamannnya dengan menceploskan 2 gol ke gawang Laos.
Firman pun menjabat sebagai kapten setelah rekannya, Bambang Pamungkas, sering dibangkucadangkan. Namun Firman tetap merendah. Dirinya berkata hanya menjabat kapten sementara. kapten sesungguhnya masih tetap Bambang Pamungkas.
Firman Utina berencana menggeluti dunia sepakbola hingga akhir hayatnya. Suami dari Marita Yustika ini mengaku ingin berkarir sebagai pelatih bila sudah pensiun kelak. Saat ini ia hanya ingin fokus bermain, dan tidak memiliki kegiatan sampingan sedikitpun. Dedikasi dan determinasi Firman berbuah manis. Kini namanya akan semakin harum di kancah sepakbola nasional, terlebih bila berhasil membawa Merah-Putih menjuarai turname AFF tahun ini. Bisa dipastikan dirinya akan sejajar dengan para legenda sepakbola Indonesia.
Maju terus, Firman Utina!
Profil singkat Firman Utina:
Nama : Firman Utina
Tempat / Tanggal lahir : Komo Luar, Manado / 15 Desember 1981
Status : Menikah
Istri : Marita Yustika
Anak :
  • Raihan Putra Utina,
  • Salsabila Putri Utina
Karir:
Klub
Indonesia Muda Manado (1993-94)
Bina Taruna Manado (1995-98)
Persma Junior (1998-99)
Persita Tangerang (2000-04)
Arema Malang (2005-06)
Persita Tangerang (2007-2008)
Pelita Jaya (2008-2009)
Persija Jakarta (2009-2010)
Sriwijaya FC (2010-sekarang)
Timnas
Piala Pelajar Asia U-19 (2000)
SEA Games (2001, 2003)
Pra-Piala Asia (2001, 2004)
Pra-Olimpiade (2003)
Piala Tiger (2004).
Piala Asia (2007)
Piala AFF (2010)

Biografi Irfan Haarys Bachdim  - profile Irfan Haarys Bachdim adalah pemuda kelahiran Amsterdam, Belanda, 22 tahun silam. Irfan Bachdim berdarah indo / ‘blasteran’. Ayahnya, Nouval Bachdim, adalah pria berkebangsaan Indonesia sedangkan Ibunya, Hester Bachdim, berkebangsaan Belanda.
Sejak kecil Irfan sangat menggemari olahraga sepakbola. Bakat dan minatnya ini diturunkan oleh sang ayah yang mantan pemain sepakbola. Sang ayah, Nouval Bachdim pernah memperkuat klub Persema Malang pada medio 80 an. Kedua orang tua Irfan sangat mendukung hobi anaknya. Pada usia 11 tahun, mereka menyekolahkan Irfan di akademi Junior klub Ajax Amsterdam yang terkenal banyak menghasilkan pemain kelas dunia. Disinilah Irfan mengasah bakatnya bermain sepakbola.
irfan-muda
Irfan sewaktu memperkuat tim junior Utrecht FC
Berselang 3 tahun kemudian, bakat Irfan tersendus seorang pencari bakat dari klub Utrecht FC, Irfan lalu bergabung ke dalam tim junior klub tersebut, dan menjadi andalan di sana selama kurang lebih empat tahun (2003-2007). Namun sayangnya Irfan kesulitan menembus tim inti Utrecht FC. Dirinya hanya pernah sekali memperkuat Utrecht dalam pertandingan Eredivisie (Liga premier Belanda) melawan VVV Venlo. Meskipun bermain selama 90 menit, Irfan tak memberi kontribusi apapun dalam pertandingan itu. Pertandingan tersebut menjadi yang pertama dan terakhir bagi Irfan di tim inti Utrecht FC. Ia dilepas oleh klub itu tak lama setelahnya.
Setelah di Utrecht, Irfan berlabuh di klub divisi 2 Belanda, HFH Harlem. Lagi-lagi disini bakat Irfan tersia-sia. Ia tak sempat sekalipun membela klubnya. Kemudian pada tahun 2010, Irfan memutuskan untuk kembali ke kampung halaman ayahnya, Indonesia. Irfan sempat melamar di beberapa klub sepakbola seperti Persija dan Persib, namun kerap gagal dalam tes. Namun pada akhirnya, dirinya berhasil diterima dan kini memperkuat Persema Malang, klub ayahnya dulu.
Meski berkewarganegaraan ganda, Irfan Bachdim amat sangat ingin untuk membela tim nasional Indonesia. Pada tahun 2006 silam, dirinya pernah hampir memperkuat tim nasional Indonesia U23 (di bawah usia 23) di ajang Asian Games 2006 yang digelar di Qatar. Namun kala itu cedera membuat Irfan terpaksa mengundurkan diri.
Namun penampilan gemilangnya bersama Persema membuat pelatih tim nasional Indonesia Alfred Riedl tertarik untuk memboyongnya bersama timnas senior untuk ajang AFF Suzuki Cup 2010. Impian Irfan pun tercapai, dirinya hingga kini tercatat sudah 3 kali mengenakan kostum merah putih, yakni di pertandingan melawan Timor Leste (persahabatan), China Taipei (persahabatan), dan Malaysia (pertandingan pertama grup A AFF Cup 2010). Irfan mengenakan nomor punggung 17 di timnas, yang membuat dirinya mendapat julukan IB17 (Irfan Bachdim-17) dari sebagian penikmat bola.
irfan-gol
Irfan ketika mencetak gol kelima Indonesia
Pertandingan melawan Malaysia tersebut melambungkan nama Irfan setinggi langit. Permainannya yang lugas dan wajah tampannya membuat penggemarnya berdatangan dari berbagai kalangan, mulai dari kaum Hawa hinga kaum Adam. Irfan sendiri mencetak gol yang menutup pertandingan tersebut dengan skor 5-1 untuk Indonesia.
Irfan Bachdim dapat bermain di sejumlah posisi, namun posisi alaminya adalah second striker / trequarista. Yakni posisi dimana seorang pemain berada di lini antara striker dan gelandang. Irfan adalah pemain yang punya visi dan pergerakan tanpa bola yang bagus. Ia mampu membuka ruang bagi rekan-rekannya dengan umpan-umpan pendek yang rapi dan pergerakan yang tak terduga. Kehadirannya memberi warna ‘Eropa’ bagi pola permainan timnas yang selama ini hanya mengandalkan dribel dan kemampuan fisik semata.
Kini, nama Irfan Bachdim mulai tak asing bagi masyarakat Indonesia, terlepas dari penikmat bola atau tidak. Hal ini dapat dilihat dalam akun twitter miliknya. Sebelum  pertandingan kemarin, akun twitter Irfan ‘hanya’ diikuti oleh 8 ribu tweeps (sebutan bagi pemakai Twitter). Namun setelah pertandingan, jumlah tersebut melonjak menjadi 23 ribu, dan terus bertambah hingga sekarang. Rata-rata penggemar baru Irfan adalah kaum hawa yang terpikat oleh ketampanannya.
Namun bagi mereka yang berharap bisa mendapatkan hati seorang Irfan Bachdim nampaknya harus gigit jari. Pasalnya Irfan kini sudah mempunyai seorang kekasih.Dia adalah Jennifer Jasmin Kurniawan, seorang model ‘panas’ Jerman berdarah Indonesia. Jennifer juga merupakan kakak dari Kim Jeffrey Kurniawan, seorang pemain sepakbola yang rencananya akan dinaturalisasi bersama Irfan (namun gagal karena masih didera cidera).
irfan-jennifer
Irfan Bachdim bersama sang kekasih, Jennifer
Kedua sejoli ini sedang hangat-hangatnya berkasmaran. Pada saat mencetak gol melawan Malaysia, Irfan mengatakan bahwa gol tersebut ia persembahkan kepada kekasihnya. Jennifer sendiri tak kalah ‘serius’. Ia telah mengganti nama akun twitternya menjadi ‘JenniferBachdim’ sejak berpacaran dengan Irfan 3 bulan yang lalu. Rencananya Jennifer akan mengikuti jejak Irfan berkarir di Indonesia. Ia akan datang dan menetap di Indonesia pada 22 Desember mendatang.
Kini harapan besar terletak di pundak Irfan dan timnas Indonesia. Mereka diharapkan dapat merebut gelar juara AFF tahun ini, karena Indonesia sudah belasan tahun tidak mencicipi gelar apapun dari panggung sepakbola internasional. Dapatkah Irfan bermain konstan dan menunjukkan kecintaanya kepada Garuda Merah Putih? Kita nantikan saja kiprahnya di kancah sepakbola bersama timnas Indonesia. Maju terus, Garuda Muda!
Profil singkat Irfan Bachdim:
Nama lengkap : Irfan Haarys Bachdim
Nama beken : Irfan Bachdim / IB17
Tempat / Tanggal lahir : Amsterdam, Belanda / 11 Agustus 1988 (umur 22)
Tinggi : 1.72 m (5 ft 8 in)
Posisi bermain : Gelandang, Striker
Twitter : http://twitter.com/irfanbachdim10 
Informasi klub
Klub saat ini : Persema Malang / Nomor : 10
Klub junior
1999-2001 : Ajax Amsterdam
2002 : SV Argon
2003-2007 : FC Utrecht
Klub senior
2008-2009 FC Utrecht 1 (0)
2009 HFC Haarlem 0 (0)
2010 Persema Malang 6 (3)
Tim Nasional:
Indonesia (2010-sekarang) (3 main / 1 gol)


Biografi Bambang 'BePe' PamungkasBiografi Bambang ‘BePe’ Bambang Pamungkas - Bambang Pamungkas lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 tahun silam. Ia adalah putra dari pasangan H. Misranto dan Hj. Suriptinah. Bambang Pamungkas adalah anak kelima dari 6 
bersaudara. Pada awal mulanya, Bambang Pamungkas tidak pernah terpikir menjadi seorang pemain bola. Ia gemar membaca dan memasak, dan bercita-cita menjadi seorang guru atau koki.
Namun bakat Bambang Pamungkas terasah sejak ia mengikuti SSB (Sekolah Sepak Bola) Ungaran Serasi pada tahun 1988. Bakat alaminya membuat klub Persikas Semarang tertarik merekrutnya pada tahun 1992.
Saat masih bermain dalam tim remaja Jawa Tengah, ia pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Haornas, sebuah kejuaraan tingkat remaja. Bambang juga pernah menjadi pencetak gol terbanyak untuk skuad Indonesia di Piala Asia U-19 Grup V, dengan 7 gol.
Sejak saat itu, minat Bambang pada sepakbola meningkat pesat. ia bahkan rela meninggalkan bangku kuliahnya pada semester kedua untuk serius berkarir di sepakbola.
Bambang baru benar-benar angkat nama ketika membela Persija Jakarta pada tahun 1999.  Meskipun pada musim pertamanya membela Persija diri pemain yang akrab disapa BePe ini hanya berhasil menjaringkan 2 gol, namun kemampuannya tercium oleh seorang pencari bakat dari klub sepakbola Belanda, EHC Norad. Bambang pun dipinjamkan oleh Persija ke klub yang bermain di divisi 3 liga Belanda ini.
Namun Bepe hanya bertahan beberapa bulan disana, karena masalah keluarga dan kegagalan dirinya menyesuaikan diri dengan iklim Eropa yang dingin. Pada awal musim 2001, ia kembali ke Persija.
Penampilan gemilangnya bersama Persija membuat Bepe dipanggil untuk membela tim nasional senior Indonesia. Bambang berhasil mencetak gol pada pertandingan perdananya bersama timnas senior, yakni melawan Lithuania dengan hasil akhir imbang 2-2.
Pada tahun 2002, Bepe berhasil menorehkan namanya menjadi salah satu pemain terbaik tim nasional Indonesia. Ia berhasil menghantar Indonesia menjuarai Piala Tiger sekaligus menjadi top skorer turnamen tersebut dengan torehan 8 gol. Dirinya pun digadang sebagai striker masa depan Indonesia kala itu, menggantikan idolanya, Kurniawan Dwi Yulianto.
Selama 3 tahun Bambang Pamungkas menjadi sosok tak tergantikan di lini depan tim Merah Putih. Namun pada tahun 2004, sejumlah cedera yang dialaminya membuat Bambang tak bisa tampil prima di skuad inti timnas. Akhirnya namanya pun tersisih dari skuad inti Piala Tiger 2004. Bambang pun ‘hijrah’ ke Malaysia untuk bermain dnegan salah satu klub elit negeri Jiran, Selangor FC.
Bambang bersinar terang di tanah Malaysia. Dalam musim pertamanya di Selangor FC, ia menjadi pencetak gol terbanyak klubnya dengan torehan 22 gol di seluruh kompetisi.
Pada awal musim 2007,Bepe kembali ke Indonesia dan bermain di klub yang membesarkan namanya, Persija. Bepe pun kembali mengisi lini depan tim nasional Indonesia. Pada tanggal 10 Juli 2007, ia mengakhiri paceklik golnya di kancah timnas dengan mencetak gol kemenangan Indonesia atas Bahrain.
Pada tahun 2010, Bepe terpilih sebagai kapten Persija dan timnas senior di sejumlah pertandingan. Dirinya pun kembali dipanggil untuk memperkuat timnas di ajang piala AFF 2010. Meskipun banyak yang mengkritik bahwa karirnya di timnas sudah ‘habis’. Namun pemain bertinggi badan 168 cm ini ingin membuktikan dirinya masih bisa bersaing dengan para striker timnas Indonesia, termasuk di antaranya striker naturalisasi Christian Gonzales.
Bambang Pamungkas dikenal sebagai striker dengan sundulan kepala dan tendangan jauh akurat. Ketika Indonesia kalah melawan Uruguay 7-1, ia yang mengirimkan umpan lambung matang kepada Boas Salossa untuk menceploskan satu-satunya gol timnas ke gawang tim negara Amerika Latin tersebut.
Bambang Pamungkas telah menikah dan dikarunia 3 orang anak. Dirinya berencana untuk menjadi seorang penulis setelah gantung sepatu nanti, namun saat ini dirinya siap mempersembahkan yang terbaik untuk membawa Indonesia menjuarai Piala AFF 2010.
Maju terus, BePe!!
Profil singkat Bambang Pamungkas:
Nama    :   Bambang Pamungkas
Nama Panggilan    :    Bambang, Bepe
Tempat / Tanggal Lahir    :    Getas, Kabupaten Semarang / 10 Juni 1980
Agama    :    Islam
Orang Tua    :     H. Misranto (Ayah), Hj. Suriptinah (Ibu)
Kakak    :
  • Agus Handoko Misranto
  • Agus Budhi Suseno
  • Tri Agus Prasetijo
  • Eni Kusumawati
  • Nanik Setyowati
Adik    :  Dyah Ernawati
Istri    :  Tribuana Tungga Dewi
Anak    :
  • Salsa Alicia
  • Jane Abel
  • Syaura Abana
Cita-cita    :    Guru dan Chef
Pendidikan    :
  • Taman Kanak-kanak Bangun 1 Getas Kab. Semarang (1984-1986)
  • SD Negeri Kauman Lor 3 Getas Kab. Semarang (1986-1992)
  • SMP Negeri 1 Salatiga, *Kelas 1C   *Kelas 2C  *Kelas 3A (1992-1995)
  • SMU Negeri 1 Salatiga, *Kelas 1C   *Kelas 2C *Kelas 3 IPS 2 (1996-1999)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Rawamangun  hanya 2 semester
Hobi    :    Membaca buku dan Memasak
Perjalanan karir:
Klub:
  • Persija (1999-2000)
  • EHC Norad (2000-2001)
  • Persija (2001-2004)
  • Selangor FC (2005-2007)
  • Persija (2007-sekarang)
Tim Nasional Indonesia: 1999-sekarang

arif-suyono2

Biografi Arif Suyono, Supersub Timnas Indonesia

Biodata profile Arif Suyono dilahirkan di Batu, Malang, 26 tahun silam. Dirinya merupakan putra asli daerah penghasil apel tersebut.
Arif memperdalam ilmu sepakbolanya di SSB Wastra Indah pada tahun 2000 silam. Hanya setahun disana, Arif ditarik untuk memperkuat klub lokal PS Putra Jaya Batu pada tahun 2001. Di tahun yang sama, Arif hijrah ke klub elit Arema, ia masuk ke dalam tim junior klub tersebut. Pada tahun 2002, Arif kembali pindah klub. Kali ini, ia memperkuat tim junior klub elit kota Malang lainnya, Persema.
Di Persema karir Arif sebagai pesepakbola profesional dimulai. Kemampuannya membuat dirinya ditarik untuk memperkuat tim inti klub tersebut. Selama 2 tahun Arif berjibaku bersama Persema Malang, akhirnya pada tahun 2004, Arif menandatangani kontrak dengan klub elit Arema. Di klub inilah Arif bersinar cemerlang. Selama 4 musim (2005-2009) dirinya memperkuat tim kebanggaan Aremania itu. Ia pun ikut mengantarkan Arema juara Copa Indonesia dua kali berturut-turut tahun 2005 dan 2006.
Namun pada awal musim 2010, Arif memutuskan untuk pindah ke klub asal Palembang Sriwijaya FC. Alasannya, ia ingin merasakan puncak karir. Maklum, pada awal musim ini, Sriwijaya menjadi tim paling disegani di ISL.
Kecemerlangan Arif di level klub membuat dirinya terpanggil untuk memperkuat tim nasional Indonesia. Arif sempat memperkuat timnas U19 dan U23 sebelum akhirnya masuk jajaran pemain timnas senior. Dirinya menjadi salah satu dari 22 pemain yang dipanggil untuk bertarung di AFF Cup 2010.
Terbukti pemilihan tersebut tepat. Arif semakin bersinar di tim nasional Indonesia. 2 gol telah dibukukannya di ajang AFF. Uniknya, keduanya dibuat pada saat ia berstatus sebagai pemain pengganti. Predikat ‘supersub’ pun kini disandangnya. Pemain jangkung ini juga masuk jajaran top skorer piala AFF 2010 bersama 3 pemain timnas lainnya, yakni M.Ridwan, Irfan Bachdim dan Firman Utina.
Arif berposisi sebagai sayap kanan. Pemain berjulukan ‘Keceng’ ini memiliki kecepatan, stamina dan akselerasi di atas rata-rata. Selain itu, positioningnya juga baik. Satu gol yang dilesakkannya ke gawang Laos menjadi bukti bagaimana bagusnya penempatan posisi pemain ini. Keceng juga dikenal memiliki permainan yang stabil dan konsisten. Umpan-umpannya sering memanjakan barisan penyerang timnya.
Arif Suyono telah menjelma menjadi salah satu pemain kunci tim nasional. Meskipun tidak tampil sebagai starter, lawan manapun pasti akan jeri melihat aksi dan ketajamannya. Tidak menutup kemungkinan Arif masih dapat berprestasi lebih di kancah sepakbola nasional, mengingat ia baru menyentuh usia kematangan seorang pesepakbola.
Kita nantikan kejutan lagi dari Arif di ajang AFF. Go Keceng!
Profil singkat Arif Suyono:
Nama lengkap : Arif Suyono
Nama beken : Keceng
Tempat / Tanggal Lahir : Batu, Malang / 3 Januari 1984
Tinggi: 174 cm
Posisi: Gelandang sayap
Karir:
Klub
SSB Wastra Indah (2000)
PS Putra Jaya Batu (2001)
Arema Jr (2001)
Persema Jr (2002)
Persema Malang (2003-2004)
Arema Malang (2005-2009)
Sriwijaya FC (2010-sekarang)
Timnas
Timnas U-19 (2004)
Timnas U-23 (2007)
Timnas Senior (2010-sekarang) (16 main /4 gol)

Tak sia-sia jerih payah SAD Indonesia berlatih selama dua tahun di Uruguay. Seperti dilansir laman resminya, Club Atletico Peñarol merekrut dua pemain Garuda Muda, Syamsir Alam dan Reffa Money.

Kesepakatan perekrutan ditandatangani kedua pemain dengan wakil presiden Edward Welker dan direktur olahraga Osvaldo Gimenez, Selasa (14/9) kemarin di markas klub. Tidak disebutkan nilai maupun durasi kontrak yang diterima Alam dan Reffa, namun Peñarol memberikan kesempatan kepada mereka untuk tampil di Cuarta Division Uruguay mulai tahun 2011.



"Perjanjian ini merupakan kesempatan bagi Peñarol dan Indonesia untuk berbagi bakat sekaligus memperkaya kerja sama budaya dan olahraga," bunyi pernyataan resminya.

"Langkah pertama dari perjanjian tersebut adalah mendatangkan Syamsir Alam dan Reffa Money mulai Januari 2011 sebagai materi tim yang berlaga di Cuarta Division."


Belum ada konfirmasi resmi dari manajer tim SAD Demis Djamoeddin terkait kesepakatan ini, begitu juga dengan Alam. Sementara itu, Reffa sudah mencantumkan foto dirinya bersama Alam berseragam Peñarol di blog pribadinya.

Peñarol adalah salah satu klub terbaik Uruguay. Klub berjuluk Aurinegros itu pernah lima kali menjuarai Copa Libertadores dan tiga kali juara Piala Interkontinental. Menurut federasi sejarah dan statistik sepakbola (IFFHS), Peñarol dinobatkan sebagai klub terbaik Amerika Selatan abad ke-20.


Cuarta Division adalah kompetisi liga remaja yang rutin digelar sebagai tingkatan pembinaan sepakbola Uruguay. Kompetisi yang sama juga diikuti SAD Indonesia sepanjang masa latihan mereka untuk tahun kedua 2010 ini. Jenjang ini mempertandingkan para pemain di bawah 20 tahun.

Siapa yang tidak suka bermain di liga elite dunia, atau main di Liga Inggris, itu hanyalah orang-orang yang membuang kesempatan, selain bayarannya yang besar suporter di Inggris adalah suporter yang sangat fanatik di klubnya, jika bermain di liga Inggris apalagi bermain di klub besar seperti penghuni “THE BIG FOUR” seperti Chelsea, Arsenal, Liverpool, Manchester United, siapa yang tidak mau bermain di klub seperti itu, semua pemain di Indonesia pun ingin bermain di klub itu, dan Inilah pemain yang berhasil bermain dengan klub sepak bola Manchester United, silahkan lihat gambar di bawah ini:
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Kebawah dikit lagi boz
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V

KALAH GAN MA DIA!!! he……he…..he…….. :)

"Saya tadi melihat halaman resmi AFC, dan sungguh menarik ketika membaca berita tentang beberapa pelatih A-League [sebutan divisi teratas Australia] berencana datang ke stadion nanti malam untuk memantau pemain-pemain Indonesia.

Saat ini, terdapat kemungkinan beberapa pemain Indonesia direkrut oleh pelatih-pelatih Australia menjelang A-League musim depan.

Padahal menurut saya, mereka cukup menelepon seseorang yang pernah bekerja di
Indonesia selama tiga tahun lebih dan kini bermukim di Australia. Selain percakapan singkat dengan Dave Mitchell [pelatih Perth Glory], belum ada kontak dengan pelatih lainnya.

Indonesia memiliki talenta yang cukup kuat untuk bermain di A-League. Mungkin
saja beberapa pemain sudah saatnya berkompetisi di sini, supaya mereka
juga mampu beradaptasi cepat ke dalam tim dan lingkungan baru.


Saya memperkenalkan seorang Boaz Solossa ketika dia masih berusia 17 tahun,
dan menurut saya dia cocok di A-League, meskipun dia rawan cedera. Dan
masih ada Bambang 'Bam Bam' Pamungkas, yang pernah merumput di Malaysia
dan mempunyai rekor torehan gol yang bagus.

Dalam pertandingan ini, para pemain Australia tidak boleh meremehkan Indonesia. Kalau bisa
begitu, saya pikir Australia bisa menang dengan selisih gol yang memuaskan.

Tapi Indonesia tanpa beban, jadi mereka bisa lebih rileks dalam laga ini dan tidak ada tekanan karena mereka diperkirakan bakal kalah. Mereka punya beberapa pemain yang sangat bagus dan bisa membahayakan gawang Australia. Hanya saja menurut saya, mereka tidak cukup kuat secara fisik.

Penyerang-penyerang jangkung seperti Josh Kennedy akan menyulitkan lini belakang Indonesia. Mereka memang mempunyai beberapa pemain Afrika di Superliga dengan tinggi dan berat badan yang sama, tapi mereka akan sulit untuk menghentikan pemain depan Australia.

Apabila saya masih melatih Indonesia, saya akan memberi instruksi kepada pemain untuk menghentikan umpan-umpan silang ke kotak penalti. Kalau bisa dihentikan, penjaga gawang akan mudah mengatasi serangan lawan di dalam kotak terlarang.

Kalau pemain-pemain Indonesia bisa memposisikan diri dengan baik, mereka bisa
menembus wilayah pertahanan Australia, tapi hal itu tidak akan mudah.

Mengenai pertandingan Thailand di kandang Iran, tugas Thailand juga sulit, tapi
mereka harus menang. Iran sudah lolos jadi mungkin saja mereka menurunkan tim lapis kedua dan sepertinya akan begitu. Thailand memiliki peluang kuat melawan tim lapis kedua Iran. Selain itu, saya pikir Yordania akan mengalahkan Singapura untuk lolos ke putaran final
Piala Asia."

Di sini saya ingin memberitahu kepada dunia khususnya Indonesia, bahwa di luar sana masih banyak pemain-pemain sepak bola berbakat keturunan Indonesia. Kenapa sih mereka tidak ikut dipanggil ke timnas? Seleksinya saja jarang atau bahkan tidak dipanggil. Sebut saja salah satu nama Irfan Bachdim yang sekarang bermain untuk FC Uthrect Junior.
Salah seorang pemain yang sempat dipanggil pada latihan timnas U-23 di Belanda. Dia memiliki talenta yang cukup baik dengan alasan “lembek.” Lembek kok bisa tembus FC Uthrect Junior? Kenapa sih pelatih tidak mengikuti perkembangannya?
Nama lainnya Radja Nainggolan. Yang satu ini denger-denger sudah dicaplok oleh Belgia. Tapi saya juga belum tahu pasti gimana kabarnya. Yang pasti anak satu ini yang juga berdarah Bali ini sedang memperkuat Piacenza Primavera. Selain mereka, masih ada nama lain seperti Donovan Partosoebroto yang saat ini merupakan kiper andalan Ajax Amsterdam junior. Mungkin selengkapnya, nama-nama anak muda berdarah Indonesia ini akan saya cantumkan dan dapat dilihat di bawah ini:
1. Donovan Partosoebroto (kiper). Pemain berusia 18 tahun ini kini membela tim Ajax junior.

2. Lucien Sahetapy. Pemain dengan posisi bek tengah ini pada awalnya bermain di klub Groningen pada tahun 1993. lalu pindah ke tim Divisi 1 Liga Belanda, BV Veendam.
3. Raphael Tuankotta. Pemain muda berusia 22 tahun ini kini memperkuat BV Veendam Junior. 4. Estefan Pattinasarany. Pemain ini baru berusia 18 tahun dan kini masih memperkuat AZ Alkmaar Junior.
5. Michael Timisela. Pemain ini merupakan pemaian muda berbakat yang dimiliki tim Ajax Amsterdam. Di usianya yang memasuki 20 tahun, pemain kelahiran Paramaribo, Suriname ini telah menembus masuk ke tim utama Ajax.
6. Christian Supusepa. Pemain muda berusia 19 tahun ini, kini memperkuat tim Ajax Junior.
7. Justin Tahapary. Pemain kelahiran 23 Mei 1985 ini sejak tahun 2004 telah memperkuat FC Eindhoven. 8. Marvin Wagimin. Pemain yang baru berusia 18 tahun ini masih memperkuat tim VVV-Venlo di Divisi 1 Liga Belanda.
9. Peta Toisuta. Pemain berdarah Maluku ini kini memperkuat tim Zwolle di liga Belanda.
10. Tobias Waisapy. Pemain berusia 18 tahun ini kini memperkuat tim Feyenord Junior. 11. Jefrey Leiwakabessy. Bek kiri kelahiran Arnhem ini sejak tahun 1998 telah memperkuat NEC Nijmegen, dan sempat mencicipi Timnas Junior Belanda.
12. Raymon Soeroredjo. Pemain kelahiran Oss 18 tahun yang lalu ini kini memperkuat tim Vitesse Junior.
13. Yoram Pesulima. Bek kiri kelahiran 9 Maret 1990 ini kini memperkuat tim Vitesse Junior. 14. Raphael Supusepa. Gelandang kiri yang lahir di kota Wormerveer ini kini memperkuat tim MVV Maastricht. Pemain jebolan Ajax ini sebelum bermain di MVV sempat bermain di tim Excelsior dan Dordrecht.
15. Levi Risamasu. Pemain kelahiran Nieuwerkerk ini pernah memperkuat NAC Breda selama 4 musim sebelum pindah ke tim AGOVV Divisi 1 Liga Belanda. 16. Marciano Kastoredjo. Gelandang yang juga bisa berperan sebagai bek kiri ini sebelum bergabung bersama tim De Graafschap pernah bergabung bersama tim Utrecht Junior.
17. David Ririhena. Bek ataupun gelandang kiri mampu dijalani oleh pemain yang kini memperkuat TOP Oss di divisi satu Liga Belanda. Spoiler for pic:
18. Joas Siahaija. Gelandang tengah kelahiran Maastricht 22 tahun yang lalu ini kini memperkuat kota kelahirannya, MVV.
19. Irfan Bachdim. Skuad inti tim FC Utrecht Junior A.
20. Radja Nainggolan bermain di Piacenza Primavera, pinjaman dari tim Germinal B. di Liga Belgia.
21. Ignacio Tuhuteru. Pemain senior berusia 33 tahun ini kini memperkuat Go Ahead Eagles. Sebelumnya pemain jebolan Ajax Junior ini sempat malang melintang di beberapa klub seperti RBC Roosendaal, Dalian Shide China, Sembawang Singapura, Zwolle, Heerenveen, dan FC Groningen. 22. Ferdinand Katipana. Pemain kelahiran Amersfoort 26 tahun silam ini sebelum bergabung bersama Haarlem, sempat bergabung di tim Utrecht Junior dan Cambur Leeuwarden.
Kabar terakhir dari Jajang Mulyana yang sekarang sedang bergabung bersama Boavista (klub divisi III Liga Brazil). Oh ya satu lagi, jangan lupakan Irvin Museng dan Febrianto Wijaya!!
Saya harap PSSI lebih sering-sering memantau anak-anak muda berbakat ini dan mengajak mereka untuk bergabung ke Timnas sebelum dicaplok sama negara lain!! Sampaikan sama PSSI, biar PSSI tahu suara rakyatnya yang juga pecinta dan peduli dengan kemajuan sepak bola Indonesia.
Jaya terus sepak bola Indonesia. Semoga impian untuk bermain di Piala Dunia dapat tercapai.

1962: Persib vs Timnas Jepang 2-1

Ini tidak hanya berbicara tentang teks, tetapi juga konteks. Dalam majalah olahraga dan film “Aneka” edisi No. 27, 15 September 1962, halaman 3 ditulis: “…Sepakbola Djepang memanglah belum terlampau terkemuka di lingkungan Asia, usia perkembangannja pun belum pandjang. Tatkala wilajah2 sepakbola Asia seperti Singapura, Hongkong, Malaya dan Indonesia telah mulai mengumandangkan namanja, sepakbola Djepang barulah terdengar usaha2 populerisasinja…”.
Maksud saya (baca: pengelola blog BukuPersib, pada tahun 1960-an, Jepang bukanlah apa-apa. Jepang bukan negara kuat seperti jaman sekarang. Itu makna teksnya. Namun, dalam makna konteks, selain berstatus sebagai tim nasional (timnas) yang menjadi salah satu peserta cabang olahraga sepak bola Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta, Indonesia, Jepang adalah negara kuat juga. Karena ketika media ini menulis kata-kata yang dikutip BukuPersib tadi, Jepang pun dikatakan hebat ketika menahan Malaya 2-2 dalam Merdeka Games Cup 1962 yang digelar beberapa hari setelah Asian Games IV/1962 berakhir.
Nah, pada masa inilah, faktanya, Persib Bandung berhasil mengalahkan timnas Jepang 2-1 di Bandung. Pada masa ini pula (ketika Asian Games IV/1962), beberapa pengamat menilai bahwa permainan Jepang berbeda dari tim-tim lainnya. Ya, sebutlah seperti permainan Jepang saat ini.
Sebelumnya, Jepang telah tersingkir di babak penyisihan Pool B Asian Games IV/1962. Setelah menang 3-1 atas Thailand, Jepang harus mengakui keunggulan India 0-2 dan Korea Selatan 0-1 sehingga Jepang harus puas menempati peringkat ke-3 Pool B dan gagal lolos ke babak semifinal. Sebelum pulang kembali ke negaranya, timnas Jepang sempat berkunjung terlebih dahulu ke Bandung. Dalam kunjungannya itu, timnas Jepang pun melakukan pertandingan persahabatan dengan Persib. Dengan kata lain, Persib berkesempatan untuk menjajal tim sekelas timnas.
Sepak bola memang bukan matematika. Jadi, kalau pun Jepang berhasil mengalahkan Thailand 3-1 di Asian Games IV/1962, apakah Persib dapat mengalahkan Thailand? Dalam hal ini, bukan Thailand sebagai sebuah negara, tetapi dalam arti timnas.
Ini memang hanya sebuah kisah masa lalu. Suatu masa ketika Persib berhasil menumbangkan timnas Jepang. Tidak ada yang salah dengan kisah masa lalu. Syaratnya, kita jangan terlalu terlena oleh nostalgia. Sejarah hanya menceritakan dan mari kita bercermin….

Biografi Alfred Riedl

 Alfred Riedl, Fußballtrainer, Österreich (02).jpgAlfred Riedl (lahir di Wina, Austria, 2 November 1949; umur 61 tahun) adalah seorang pelatih sepak bola dan mantan penyerang asal Austria. Sejak April 2010, ia resmi dikontrak oleh PSSI selama 2 tahun untuk bertugas sebagai Pelatih Timnas Indonesia.
Alfred Riedl

Karier Klub

Alfred Riedl mengawali karier sebagai pemain sepak bola di klub lokal Austria yaitu FK Austria Wien dan kemudian ia memutuskan untuk meninggalkan Austria untuk bermain di klub Belgia Sint-Truiden pada usia ke 22 tahun. Setelah itu ia bermain selama 8 musim dalam Jupiler League (2 musim dengan Sint-Truiden, 2 musim dengan Royal Antwerp dan 4 musim bersama Standard Liège), kemudian Riedl sempat menikmati bermain untuk FC Metz di Perancis. Dia kembali ke Austria setelah setengah musim untuk bermain di Grazer AK dan kemudian bermain untuk Wiener Sportclub dan VfB Admira Wacker Mödling. Dia menyelesaikan musim dengan gemilang setelah meraih dua kali gelar sebagai pencetak gol terbanyak di Jupiler League.

[sunting] Karier Internasional

Alfred Riedl telah 4 kali bermain untuk Timnas Austria, dan membuat debutnya pada bulan April 1975 melawan Timnas Hungaria.

Karier Kepelatihan

Pelatih Klub

Karier kepelatihan Riedl di klub diawali dengan melatih klub asal Maroko yaitu Olympique Khouribga pada tahun 1993-1994, setelah itu ia melatih klub asal Mesir Al-Zamalek tahun 1994-1995, kemudian Al Salmiya klub asal Kuwait, tahun 2001-03.

Pelatih Tim Nasional

Riedl mengawali karier sebagai pelatih ketika ia ditunjuk untuk menangani Austria pada tahun 1990-1992 , lalu Liechtenstein tahun 1997-1998, Palestina tahun 2004-05, Vietnam tahun (1998-2001, 2003-04, 2005-2007), dan Laos (2009). Pada Piala Asia AFC 2007, ketika ia melatih Vietnam dan mengantarkan kemenangan 2-0 atas UEA dan membantu tim Vietnam untuk bisa lolos sampai ke perempat final untuk pertama kalinya dalam sejarah negara itu. Sayangnya, pada akhir tahun 2007, setelah kinerjanya dianggap buruk pada ajang SEA Games 2007, dia pun dipecat dan digantikan oleh pelatih Henrique Calisto dari Portugal. Pada Oktober 2008, ia kembali ke Vietnam sebagai pelatih klub Xi Mang Hai Phong FC. Namun ia hanya bertahan 3 pertandingan saja karena kinerja yang dianggap buruk, dia pun diberhentikan. Pada tanggal 9 Juli 2009, ia menandatangani kontrak sebagai pelatih kepala Laos, kontrak berjalan dua tahun. Pada tanggal 4 Mei 2010, Ketika dalam perjalanan ke Austria Alfred Riedl dihubungi dan kemudian ditunjuk sebagai pelatih baru dari Timnas Indonesia untuk melatih tim senior dan tim U-23. Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) mengatakan melalui website mereka pada hari Selasa, bahwa Riedl akan resmi memulai pekerjaan barunya pada akhir pekan ini.

Gelar (sebagai pemain)

Gelar Klub

Gelar pribadi

;;
Bookmark and Share